Geodesi, Pengukuran, dan Pemetaan untuk Awam
Sabtu, 27 Februari 2010
, Posted by apapunditulis at 3:32:00 PM
dari sebuah catatan di tahun 2007, ketika masih bekerja di Aceh.
Pendahuluan
Di dalam banyak bidang pekerjaan, kita sering menggunakan sebuah peta sebagai dasar rencana kerja. Kita sering tidak mengetahui bagaimana peta itu dihasilkan, siapa yang terlibat, proses-proses yang terjadi di dalamnya, bagaimana keandalan peta tersebut.
Dalam tulisan ini, saya ingin memberikan pemahaman mengenai bagaimana proses pembuatan peta untuk dapat dipahami oleh orang awam. Sebelum melangkah ke pembahasan tersebut, saya memberikan pengertian mengenai Geodesi dan Pengukuran terlebih dahulu.
Ketika saya menulis ini, saya semakin menyadari tidak mudah untuk menerangkan sesuatu secara mudah. Mudah-mudahan dengan adanya tulisan ini, orang-orang yang awam dengan ketiga hal diatas tidak lagi menjadi
awam. Saya juga mengharapkan banyak masukan dari teman-teman pembaca sekalian untuk memberikan masukan, pertanyaan maupun komentar yang membangun melalui kotak komentar yang ada di bagian bawah tulisan ini.
Geodesi
Geodesi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang bentuk bumi. Disiplin ilmu ini telah berabad-abad secara keras mencoba menentukan dimensi bumi secara horizontal maupun vertikal. Eratosthenes merupakan sebagai bapak ilmu Geodesi karena ia diketahui sebagai yang pertama kali bereksperimen dalam menentukan bentuk bumi. Saat ini, dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, bentuk bumi dipantau secara terus-menerus dengan mendirikan ribuan titik kerangka di permukaan bumi yang direferensikan pada satelit.
Cukup sulit untuk menjelaskan penerapan geodesi secara mudah, tapi anda dapat membayangkan bahwa sebuah bentuk dapat dibangun oleh banyak titik. Misalnya garis, dibentuk oleh 2 titik, kemudian segitiga dibangun oleh 3 titik, bola dibangun oleh banyak titik, maka bumi juga dapat dimodelkan dengan banyak titik. Titik-titik inilah yang disebut dengan ribuan titik kerangka yang saya maksud diatas. Sehingga dari titik-titik inilah dapat diturunkan model bentuk bumi.
Dengan mengacu pada model bentuk bumi tersebut kita dapat membuat peta dunia, peta kota, peta jaringan jalan, peta jaringan drainase, peta blok perumahan, perhitungan pergerakan lempeng, penurunan lahan, peta kedalaman laut peta daerah banjir, kenaikan muka air laut, sistem informasi geografis (SIG / GIS), dan sebagainya yang bersifat geo-refence atau bereferensi bumi.
Pengukuran (Surveying)
Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya. Pengukuran terletak diantara ilmu geodesi dan ilmu pemetaan. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian hasil pengolahan data pengukuran adalah dasar dari pembuatan peta.
Untuk melakukan sebuah pengukuran diperlukan perencanaan dan persiapan terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh dapat digunakan secara efektif dengan waktu, biaya dan tenaga pengukuran yang efisien.
Pengukuran memerlukan alat ukur. Theodolite, waterpass, meteran, total station, gps, echosounder, sextant adalah contoh-contoh alat ukur.
Pemetaan
Pemetaan adalah proses pembuatan peta berdasarkan olahan data hasil pengukuran. Bidang ilmu yang mempelajari pembuatan peta ini disebut dengan kartografi, sedangkan ahlinya adalah kartografer. Pada saat ini, pembuatan peta lebih banyak dilakukan secara digital karena lebih cepat, lebih teliti, tidak memakan ruang dan dapat dianalisis ulang sebelum diproduksi. Pemahaman yang baik mengenai Sistem Proyeksi dan Sistem Koordinat bumi merupakan hal dasar yang harus diketahui oleh seorang kartografer.
Sistem Proyeksi merupakan aturan, nilai-nilai dan model yang memberikan nilai konversi ketika bentuk bumi yang tidak datar dibuat menjadi datar atau dibuat menjadi bidang proyeksi. Data hasil pengolahan pengukuran yang dimasukkan ke dalam sebuah sistem proyeksi akan mengalami pendataran dan memiliki kesamaan secara bentuk atau sudut dalam skala tertentu. Contoh sistem proyeksi adalah Mercator, Transverse Mercator, Azimuthal, Conic, dsb.
Setelah melalui Sistem Proyeksi, data tersebut akan melalui tahap pemetaan berikutnya yaitu pemberian nilai koordinat dalam sebuah Sistem Koordinat. Sistem ini membagi bidang proyeksi bumi ke dalam zona-zona berukuran tertentu. Contoh Sistem Koordinat adalah Universal Transverse Mercator yang membagi zona dalam ukuran 6 derajat bujur serta 2 bagian bumi di lintang utara dan lintang selatan.
Kesimpulan
Peta adalah sebuah model dari obyek atau banyak obyek yang bereferensi bumi. Di dalam proses pembuatan peta, ada banyak asumsi dan pemodelan yang dilakukan. Hal ini dimulai ketika bumi dimodelkan secara geodesi, diukur atau direkam dengan menggunakan asumsi-asumsi dan metoda pengukuran tertentu, serta dipetakan ke dalam bidang proyeksi dan koordinat tertentu.
Untuk memperoleh nilai asli di permukaan bumi dari data peta, maka nilai yang ada di peta harus dikonversi melalui kebalikan dari tahap-tahapan seperti diatas.
Ketiga bidang tersebut memiliki ahlinya atau spealisasi masing-masing. Geodet merupakan ahli Geodesi, Surveyor merupakan ahli Pengukuran kemudian Kartografer adalah ahli Pemetaan.