Doa Minggu Pagi

Posted by apapunditulis on Minggu, 31 Januari 2010 , under |



Bapa, terimakasih untuk hari minggu ini.

Berkatilah negara kami, berkati perusahaan kami, berkati atasan kami, berkati bawahan kami, dan berkati orang-orang yang berada di sekitar kami.
Bukalah hati kami untuk melihat kebenaran, dan berikan kekuatan untuk melakukan yang benar.

Selamat hari minggu semuanya!

Forgiveness

Posted by apapunditulis on Minggu, 24 Januari 2010 , under |



My boss sent me e-mail for this sunday blessing message:


Once upon a time two brothers who lived on adjoining farms fell into conflict. It was the first serious rift in 40 years of farming side by side, sharing machinery, and trading labor and goods as needed without a hitch. Then the long collaboration fell apart. It began with a small misunderstanding and it grew into a major difference, and finally it exploded into an exchange of bitter words followed by weeks of silence.


One morning there was a knock on John's door. He opened it to find a man with a carpenter's toolbox. "I'm looking for a few days work" he said. "Perhaps you would have a few small jobs here and there. Could I help you?"

"Yes," said the older brother. "I do have a job for you. Look across the creek at that farm. That's my neighbor, in fact, it's my younger brother. Last week there was a meadow between us and he took his bulldozer to the river levee and now there is a creek between us. Well, he may have done this to spite me, but I'll go him one better. See that pile of lumber curing by the barn? I want you to build me a fence -- an 8-foot fence -- so I won't need to see his place anymore. Cool him down, anyhow."

The carpenter said, "I think I understand the situation. Show me the nails and the post-hole digger and I'll be able to do a job that pleases you."

The older brother had to go to town for supplies, so he helped the carpenter get the materials ready and then he was off for the day.

The carpenter worked hard all that day measuring, sawing, nailing.

About sunset when the farmer returned, the carpenter had just finished his job.

The farmer's eyes opened wide, his jaw dropped.

There was no fence there at all. It was a bridge -- a bridge stretching from one side of the creek to the other! A fine piece of work handrails and all -- and the neighbor, his younger brother, was coming across, his hand outstretched.

"You are quite a fellow to build this bridge after all I've said and done."

The two brothers stood at each end of the bridge, and then they met in the middle, taking each other's hand. They turned to see the carpenter hoist his toolbox on his shoulder. "No, wait! Stay a few days. I've a lot of other projects for you," said the older brother.

"I'd love to stay on," the carpenter said, "but, I have many more bridges to build.

Pemberlakuan C-AFTA 2010

Posted by apapunditulis on Rabu, 06 Januari 2010 , under |



Awal tahun 2010 dimulai dengan pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Agreement, yang memberlakukan sekitar 90% harga komoditi dari China ke Negara-negara ASEAN dan sebaliknya turun dari sekitar 12% hingga ke 0.6%. Hal ini merupakan pangkasan dari biaya pajak. Dari jumlah populasi yang terkena imbas, ini merupakan perjanjian kerjasama perdagangan yang terbesar di dunia. Dari volumenya merupakan yang ke-tiga terbesar di dunia. Potensi market yang besar ini dipastikan akan meningkatkan kekompetitifan negara-negara yang terlibat.

Selamat bersaing bangsa Indonesia!

SPA dan Batak

Posted by apapunditulis on Selasa, 05 Januari 2010 , under |



Apa itu SPA? hehehe.. ini adalah singkatan dari Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru dari Plato, dan Plato adalah guru dari Aristoteles. Plato ialah seorang filsuf Yunani yang menjelaskan logika berpikir deduktif, atau Top Down. Sedangkan Aristoteles ialah seorang yang menggagas logika berpikir Induktif, atau Bottom Up. Ketiganya hidup di sekitaran abad ke 3 sebelum Masehi.

Bayangkan dengan bangsa Batak yang masih berpikir dengan mitos mengenai keberadaan bangsanya sendiri hingga tahun 1865, dimana sekolah-sekolah tingkat dasar mulai bertumbuh bagaikan jamur di tanah batak. Padahal, Lyceum, sebuah Universitas yang dibentuk oleh Aristoteles telah ada abad ke-3 sebelum Masehi. Aristoteles terkenal dengan karyanya The Categories, yang menjelaskan pengelompokan benda-benda, binatang, bahkan bilangan. Walaupun kini banyak karyanya yang telah dibantah, terutama setelah era Newton. Tapi dasar logika berpikir telah ia terapkan di dunia barat jauh sebelum bangsa-bangsa yang lain mengenalnya.

Tetapi mesti disyukuri, walaupun hingga kini setahu saya belum ada salah seorangpun dari bangsa Batak yang telah membuat sesuatu berkaliber dunia, kemajuan pendidikan telah menjadi DNA bagi seorang bangsa Batak. Dan inilah yang disebut dengan cikal-bakal tradisi kemapanan, Semoga!

Sekilas Sejarah Batak

Posted by apapunditulis on , under |



Beruntung kita memiliki orang-orang yang mau menghargai sejarah. Walaupun banyak yang berpendapat bahwa sejarah hanyalah bagian dari gambaran siapa penguasa saat itu, yang memiliki pengaruh agar ceritanya dapat dipercaya. Ketertarikan ini dimulai ketika aku pulang ke Bandung di medio Desember 2009. Aku melihat karya tulisan Sitor Situmorang yang berjudul Toba Na Sae. Ini adalah salah satu buku yang menceritakan legenda, mitos, hikayat hingga fakta mengenai sejarah batak, terutama klan Batak Toba.

Sejarah batak dimulai dari sesuatu yang tidak logis, menggambarkan keterisolasian masyarakat pada jaman dahulu kala. Orang batak dipercaya merupakan keturunan si Boru Deak Parujar, seorang dewi yang turun dari langit ke bumi, tepatnya di daerah Pusuk Buhit, Samosir. Dan ia selalu diletakkan dalam Tarombo (silsilah) orang batak. Anaknya bernama Si Raja Batak. Ini adalah awal dari sejarah marga-marga, sejarah kaidah, sejarah agama asli batak, dan sejarah sosial-politik suku Batak. Ada dua marga batak utama yang merupakan keturunan langsung si Raja Batak, yaitu Tatea Bulan (marga Lontung dan Borbor) dan Raja Isumbaon (marga Sumba).

Sumber lain yang cukup logis adalah dari buku karya Mangaradja Siregar, yang berjudul Tuanku Rao. Buku  ini diterbitkan pada tahun 1964, tetapi sempat dilarang untuk beredar karena isinya yang sangat provokatif. Buku ini menceritakan bagaimana suku bangsa Batak yang dipimpin oleh Singamangaraja X pernah dibantai, diperkosa, dibakar untuk sebuah penyebaran agama melalui perang Padri sekitar tahun 1820-an, pimpinan Tuanku Imam Bonjol. Dikatakan dalam buku tersebut, ini adalah mimpi terburuk dalam sejarah Batak. Ratusan ribu mati dengan pedang, puluhan ribu wanita diperkosa, puluhan ribu rumah dibakar membentang dari Tapanuli Selatan (Mandailing, Angkola) hingga ke Tapanuli Utara (Toba) dengan pimpinan Tuanku Lelo, seorang bermarga Nasution. Sedangkan Singamangaraja X mati ditebas dengan pedang oleh seorang bermarga Siregar. Keduanya dipimpin oleh Tuanku Rao, seorang keponakan Singamangaraja sendiri. Ini adalah cerita mengenai penyebaran agama, tetapi juga campur dengan dendam. Tuanku Rao, bernama asli Pongkinangolngolan Sinambela yang coba dibunuh oleh Singamangaraja IX, tetapi ia berhasil hidup kemudian dididik menjadi tentara perang kerajaan Ottoman, Turki. Ia memiliki pengalaman perang di Siria. Kemudian ia mengabdi kepada Tuanku Imam Bonjol, seorang yang juga memiliki kemampuan strategi perang dari Turki.

Tetapi pada tahun 2007 buku ini diperbanyak kembali, mungkin karena menganggap masyarakat Indonesia saat ini sudah lebih dewasa untuk memilih mana yang menurutnya baik atau tidak. Selain hal tersebut, buku ini juga memberikan pandangan yang lebih logis mengenai awal mula suku Batak. Ada beberapa suku disekitaran Asia Tenggara yang memiliki kesamaan budaya atau karakter atau bahasa atau tulisan dengan suku Batak.

Pertanyaannya mengapa bangsa batak sulit memperoleh posisi politis yang penting di Indonesia? Buku Toba Na Sae menjelaskan bahwa dalam sejarah orang batak, bahkan seorang Singamangaraja sekalipun harus tunduk pada keluarga istrinya, yang disebut dengan Hula-hula. Ini disebut dengan adat Dalihan Na Tolu. Adat inilah yang menimbulkan hipotesa bahwa seorang batak yang terikat erat dengan adat akan sangat sulit untuk memimpin. Untuk marganya saja mungkin ya, tetapi tidak mungkin ia dapat memimpin keluarga marga istrinya. Walaupun sang lelaki adalah seorang Jendral, tetapi apabila saudara lelaki istri yang hanya Kopral saja meminta bantuan sang Jendral, maka sang Jendral sangat tabu untuk menolaknya.

Pertanyaan kedua, mengapa saat ini orang batak sangat mengagungkan pendidikan (hamajuon). Bahkan ada lagu: Anakku ialah kekayaan bagiku. Lagu yang bercerita apapun akan orangtua lakukan agar anaknya sekolah lebih keras, lebih tinggi dan mampu bersaing lebih baik dari mereka. Di dalam buku Tuanku Rao, dijelaskan bahwa peran Nommensen, seorang misionaris dari Jerman, bagi kemajuan pendidikan sangatlah besar. Tahun 1865 ia membaptis Raja Pontas Lumbantobing di Silindung. Lalu Raja tersebut mengajak orang-orang batak lainnya agar dibaptis kemudian menjadi penatua/majelis di gereja batak. Setiap anak majelis diberikan kesempatan untuk disekolahkan di sekolah Zending, MULO dan HIS, dan lulusannya akan bekerja di perusahaan Belanda dan memperoleh gaji. Mengapa perusahaan Belanda mendukungnya? karena ajaran Parbaringin, yang mengajarkan agama asli orang Batak membuat suku batak menjadi lebih bersatu. Oleh karena itu dengan adanya misi penginjilan tersebut, perusahaan Belanda terbantu untuk meredam gejolak perlawanan di tanah Batak. Sejak itu, sekolah-sekolah Zending menyebar dengan cepat, karena dengan bekerja tetap dan menerima gaji mereka tidak lagi bergantung pada hasil sawah dan ladang. Inilah awal dari kemajuan suku bangsa Batak, khususnya batak Toba. Gereja ini masih berdiri hingga saat ini dan tahun 2011 akan berusia 150 tahun. Belum terlalu lama untuk ukuran evolusi pendidikan, tetapi memberikan makna perubahan yang berarti, walaupun hingga kini penelusuran sejarah untuk mengungkap siapa sejatinya suku bangsa batak ini belum bisa dipecahkan. Bahkan kisah Singamangaraja sendiri pun seperti kisah kelahiran Mesias di Betlehem. Singamangaraja I lahir tanpa dibuahi, melainkan dari Roh. Hingga kini, ajaran tersebut masih ada, bernama ajaran kepercayaan Parmalim.